Berawal dari hobi hiking dan memiliki mimpi memindahkan keindahan alam tersebut ke rumah, bisnis ini akhirnya dapat diwujudkan.
Curug Gentong, miniatur lanscape
yang disajikan dalam media gentong itu hanya bermodal awal Rp5 jutaan,
namun bisa meraup omzet hingga puluhan juta rupiah per bulan.
Rita Apriyanti (50) dan
suaminya Riko (52), mengawali bisnis ini berdasarkan hobi. Dengan
landasan tersebut, jatuh bangun dalam membangun bisnis tersebut bukanlah
permasalahan yang berarti.
Menurut Rita, bisnisnya saat ini sudah berkembang dan menguntungkan. Bahkan, sampai memiliki beberapa showroom kerajinan tangan Curug Gentong. Namun, hal yang terpenting, yakni hasratnya dalam menuangkan kreativitasnya dapat terakomodasi.
"Kalau kita membuat produk hasil karya sendiri, tentunya ada kepuasan," ujar Rita saat berbincang dengan VIVAnews di Jakarta, Selasa 25 September 2012.
Rita menceritakan, Curug
Gentong ini bukanlah usaha yang pertama kali digelutinya. Sebelum usaha
ini, dirinya pernah menggeluti produk daur ulang pernak-pernik boneka
dengan bahan baku sedotan.
Kemudian, pada awal 2003, dirinya dengan bermodal pengalaman hiking beserta suami, dari situ ide untuk menyulap pemandangan alam ke dalam gentong tercipta.
Rita menuturkan, pada
awalnya bukan gentong yang dijadikan media penyajian keindahan alam
tersebut. Ia sempat menggunakan kaleng bekas sebagai media. Tetapi,
karena ketidakpuasannya dalam mengeksplorasi kreativitasnya di media
tersebut, dirinya mencari media lain.
Gentong dipilih karena selain memiliki ruang yang luas, nuansanya juga menyatu dengan alam.
Produksi awal kerajinan
ini dibuat guna menghiasi ruang tamu di rumahnya. Kemudian, dirinya
sekali-sekali memberikan hadiah kepada kawannya dengan kerajinan ini
pada saat momen-momen tertentu. Namun, lama kelamaan, pesanan pun mulai
mengalir.
Karena antusiasme dari
pasar yang tinggi terhadap produknya, dia pun memutuskan untuk menekuni
bisnis ini. Bahkan, kala itu, suaminya yang masih bekerja di Grup Astra
sebagai mekanik, diminta mundur dari pekerjaannya dan menekuni bisnis
ini.
Bermodal awal Rp5 juta
untuk membeli alat-alat pendukung, omzet awal masih pas-pasan pada tahun
pertama saat memulai bisnis ini. Tapi, dengan kerja keras tanpa beban,
akhirnya menuai hasil dan dapat berkembang hingga menghasilkan omzet
hingga Rp70 juta per bulan.
"Kami tidak berpikir omzet, karena direspons masyarakat bagus dan itu keberuntungan untuk saya," tambahnya.
Curug Gentong dibanderol
sesuai dengan ukuran dan tingkat kesulitan pemandangan yang disajikan.
Kerajinan ini dibanderol cukup terjangkau seharga Rp200 ribu hingga
Rp1,5 juta per unit.
Saat ini, Curug Gentong memiliki empat showroom yang tersebar di Pulau Jawa yaitu, Depok, Cianjur, Surabaya, dan Tangerang.
Rita mengatakan, pemasaran Curug Gentong telah sampai ke Papua. Selain dapat melihat langsung ke showroom, pemesanan juga dapat diakses melalui website http://curuggentongku.wordpress.com/.
Hingga saat ini, hobi hiking
bersama suaminya masih terus dilakukan. Selain untuk melepaskan
kepenatan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, tradisi tersebut juga
dijaga guna mencari inspirasi untuk menciptakan pemandangan yang
menawan. Selanjutnya akan disalurkan melalui miniatur pada gentongnya.
No comments:
Post a Comment